"Saya tidak tahu rahasia menjadi sukses, tapi kunci kegagalan adalah mencoba menyenangkan setiap orang."
Seorang laki-laki tua dan anaknya yang masih kecil berjalan di belakang seekor keledai yang akan dijual di pasar kota. Dalam perjalanannya, seorang petani menegur laki-laki tua karena membiarkan keledai berjalan tanpa beban di punggung. "Kedelai diciptakan untuk membawa muatan,"katanya. Menuruti perkataan petani, pak tua lalu menaikkan anaknya ke punggung keledai dan melanjutkan perjalanan. Lalu orang-orang yang melihatnya mencela pak tua yang membiarkan anaknya yang masih kuat berada di punggung keledai sedangkan ia yang tua renta jalan kaki. Pak tua lalu bertukar tempat dengan anaknya.
Setelah berjalan tidak jauh, mereka mendengar seseorang memanggil, kali ini mengejek ayah yang berada di punggung keledai sedangkan anaknya dibiarkan berjalan di belakang seperti pelayan. pak tua lalu menarik anaknya untuk duduk bersama di atas keledai. Tak lama kemudian sekelompok orang meneriaki bahwa keledai kelebihan muatan.
Mendengar begitu banyak pendapat yang berbeda-beda, akhirnya pria itu berhenti, lalu mengikat kaki-kaki keledai menjadi satu, meletakkan sebatang kayu di antaranya lalu ia dan anaknya menggotong keledai. Hal ini tetap masih mengundang ejekan dan tertawaan.
Bapak tua kemudian membuang keledainya ke sungai lalu pulang ke rumah.
Apa yang bisa di petik?
Cerita ini persis seperti yang g jalanin, ke sana sini gak bisa nolak, padahal dah jelas-jelas doi (baca: temen2) gak bisa di ajak kerja sama, tapi g gak bisa juga untuk nolak. Susah bener untuk bilang "TIDAK" gak tau kenapa gak enak aja. Tapi sekarang dah mulai belajar bilang "Tidak". Makanya bab di atas g stabiloin memang hidup bukan untuk menyenangkan semua orang. Bagaimana menurut anda?
Buku ini g beli Rp. 10.000 di tempat tongkrongan favorit g di depan st. krl depok baru.
Setelah berjalan tidak jauh, mereka mendengar seseorang memanggil, kali ini mengejek ayah yang berada di punggung keledai sedangkan anaknya dibiarkan berjalan di belakang seperti pelayan. pak tua lalu menarik anaknya untuk duduk bersama di atas keledai. Tak lama kemudian sekelompok orang meneriaki bahwa keledai kelebihan muatan.
Mendengar begitu banyak pendapat yang berbeda-beda, akhirnya pria itu berhenti, lalu mengikat kaki-kaki keledai menjadi satu, meletakkan sebatang kayu di antaranya lalu ia dan anaknya menggotong keledai. Hal ini tetap masih mengundang ejekan dan tertawaan.
Bapak tua kemudian membuang keledainya ke sungai lalu pulang ke rumah.
Apa yang bisa di petik?
Cerita ini persis seperti yang g jalanin, ke sana sini gak bisa nolak, padahal dah jelas-jelas doi (baca: temen2) gak bisa di ajak kerja sama, tapi g gak bisa juga untuk nolak. Susah bener untuk bilang "TIDAK" gak tau kenapa gak enak aja. Tapi sekarang dah mulai belajar bilang "Tidak". Makanya bab di atas g stabiloin memang hidup bukan untuk menyenangkan semua orang. Bagaimana menurut anda?
Buku ini g beli Rp. 10.000 di tempat tongkrongan favorit g di depan st. krl depok baru.
No comments:
Post a Comment